Salah satu hal yang bisa dilakukan saat berlibur di Samosir adalah memanggang babi guling bersama keluarga. Semua orang pasti sudah tau kalau Tanah Batak surganya daging b2 yang dimasak dengan berbagai bahan olahan, apalagi di Samosir. Selain untuk jamuan acara adat, daging b2 bisa dinikmati dalam segala acara. Mungkin postingan ini mengandung kolestrol, kalau imannya ngga kuat ngga udah dilanjut (hahahaha).
Setiap tulisan bersama keluarga aku merasa selalu merindukan rumah. Jadi kuanggap saja ini bagian dari liburan virtual. Ngga bisa pulang selama pandemi, minimal bisa melihat gambar dan cerita-cerita indah di baliknya. Kebetulan belum jadi-jadi diposting. Untuk cek postingan makanan khas Batak yang mengandung b2 bisa dicek disini.
Niatan manggang babi guling sudah beberapa kali namun tak pernah jadi karena tidak ada alatnya. Diganti dengan makan babi panggang. Saat kami sekeluarga pulang, mamak bapak (oppung tiwi) pesan seekor b2 untuk dimasak babi panggang. Tapi karna ngga mau ribet, babi panggangnya terima siap minta dimasakin ke tetangga. Pertama kalinya bang Sabar ikut kalap makan b2 sepuasnya. Kebayang berapa banyak kolestrol disini? Tentu tidak….pulang-pulang leher tegang (wkwkwkwk)
Dan…demi mewujudkan manggang babi guling, mamak bapak sudah mempersiapkan semuanya jauh-jauh hari sebelum kami pulang kampung. Sesampainya di rumah alat-alat yang dibutuhkan sudah lengkap termasuk arang dan babi yang mau dipotong. Manggang babi guling akhirnya kesampaian….Yeayyyy. Salah satu wishlist kami sekeluarga yang udah direncanakan jauh-jauh hari. Selain banyak waktu yang bisa dihabiskan bercengkrama juga bisa makan b2 sepuasnya.
Apa saja yang perlu dipersiapkan?
Memotong babi
Tentu yang pertama sekali memotong babi. Ada keluarga yang memotong. Dikeluarkan bagian dalamnya (jeroan) dan dibakar bulu-bulunya. Dan ditancapkan ke besi untuk mempermudah proses pemanggangan. Dan kebetulan foto selama menyembelih ngga aku ambil. Kasihan dengan suara oink oink.
Mempersiapkan arang babi guling
Ini menjadi elemen paling penting karena dibutuhkan banyak sekali arang. Kami hampir menghabiskan arang 2 karung goni besar. Mengapa? Karena memang untuk memanggang itu butuh seharian. Kami menghabiskan waktu sekitar 7-8 jam untuk memanggang dimulai pukul 10.30-18.00. Udah kebayangkan berapa banyak arang yang dibutuhkan? Untuk ukuran b2 30 kiloan butuh arang yang banyak untuk membuat matang merata sampai ke tulang-tulang b2. Karung goni yang aku maksud yang di sebelah bapakku. Jadi karung goni besar yah. Bukan seperti karung beras kecil. Arang sudah bisa dibakar lebih awal untuk menciptakan bara api.
Mempersiapkan bumbu babi guling
Mungkin agak sedikit berbeda dengan babi guling khas Bali, untuk bumbu oles babi guling Samosir yang kami bikin ini menggunakan bumbu yang hampir mirip dengan arsik. Menggunakan campuran bawang merah, bawang, kemiri, cabe, kunyit dan ditambah dengan garam sesuai selera. Diblender sampai halus kemudian dicampur dengan minyak goreng. Bumbu ini akan dioles-oles selama proses memanggang babi guling sampai benar-benar meresap ke dalam daging.
Memanggang babi guling
Kalau bumbu dan bara api sudah selesai, siap untuk mengeksekusi daging b2. Ini tampilan awal saat mulai memanggang babi guling. Lemak babi masih terlihat sangat jelas. Sudah dioles bumbu dan tinggal menunggu daging dipanggang dan diguling secara terus menerus supaya matang sempurna. Beginilah kegiatan sampai 7 jam lebih sambil menghabiskan waktu dengan keluarga.
Sesekali api akan muncul dari lemak-lemak babi yang menetes. Dan terdengar jelas bunyi arang terkena minyak babi. Pastikan jangan sampai muncul api seperti ini yah. Supaya daging tidak hitam dan cepat gosong. Arang harus selalu ditambah untuk mempertahankan panasnya bara.
Membuat kidu-kidu
Babi guling tidak dimasukkan jeroannya, jadi kami olah terpisah. Awalnya mau dimasak mie jagal tapi akhirnya batal karena ngga keburu masak semua dalam sehari. Jadilah kami mau bikin Kidu-Kidu (usus babi panggang yang diisi rempah-rempah dan daging).
Banyak yang mengatakan kidu ini sosis dari tanah Karo karena memang bentunya yang mirip sosis. Dulunya ada yang biki kidu dari ulat sagu dan ada yang menggunakan jeroan. Keduanya sudah pernah aku makan, dan yang cocok di lidahku yang menggunakan b2, karena memang semua makanan apapun yang menggunakan b2 itu enak (hahahaha).
Sebagian usus direbus terlebih dahulu sebagian lagi tidak. Usus direbus bertujuan untuk menghilangkan bau. Sementara sebagian yang tidak direbus untuk menjadi pembungkus kidu.
Mamak mencincang daging, kami mempersiapkan bumbu. Jadi seperti yang aku sebutkan sebelumnya daging babi guling sudah memiliki rasa namun rasanya tak afdol kalau tidak ada bumbu andaliman untuk menggetarkan lidah. Kami membuat bumbu gota (darah) untuk nantinya jadi bahan cocolan daging babi guling dan kidu. Atau bisa disesuaikan dengan selera.
Kalau di Bali identik dengan sambal matah. Kalau di Samosir kita bikin saja dengan sambal andaliman. Setelah semua jeroan dicincang halus, kemudian dicampur dengan daun seledri/daun bawang dan ditambah sedikit garam sesuai selera. Iris kecil (blend) bawang merah dan bawang putih yang sudah disangrai terlebih dahulu.
Kami hanya bikin sedikit garam karena sudah ada rasa asin dibumbu gota. Jadi kembali ke selera masing-masing yah. Diaduk-aduk sampai tercampur rata. Bikin beginian mah mamak ahlinya. Senang kali lah mamak kami kutulis begini dahhh (hahaha)
Kalau sudah tercampur rata siap diisi ke dalam usus babi yang sudah dibersihkan. Pastikan mencuci usus sampai bersih supaya tidak bau. Ikat bagian ujung, kemudian isi sampai penuh dengan daging cincang. Untuk mempermudah bisa dibantu dengan corong minyak atau ujung botol minuman. Jadi ngisinya lebih cepat. Bagian ini dikerjakan bang Sabar, karna lebih sabar ngisi-ngisi beginian sampai selesai.
Ngerjain beginian aja bang Sabar udah kek ngoding sampai konsentrasi tingkat dewa (wkwkwkw). Tak lupa ditemani ikan mas arsik. Apalagi kalau ikan mas nya digoreng lagi…bah…nikmat mana lagi yang kau dustakan saat pulang kampung begini hamunaaaaa…….. (roaming)
Udah benar-benar seperti sosis kan? Kalau yang ini asli sosis b2 terpanjang yang aku lihat dan ternikmat yang pernah kumakan. Karna ngga ada larangan makan sebanyak apa (wkwkwk)
Jika kidu sudah selesai diisi ke dalam usus, ikat bagian ujungnya dan kemudian siap direbus kembali untuk mematangkan semua jeroan yang dicincang tadi. Pastikan sampai matang kemudian tiriskan. Kidu boleh dipanggang sebentar untuk menciptakan aroma yang lebih wangi namun tanpa dipanggang sudah bisa dimakan. Biasanya dirumah makan Karo kidu ini disajikan dengan babi panggang.
Beberapa jam kemudian babi panggang sudah mulai berubah warna, sambil ngobrol sambil diputar besi pegangannya tak lupa dioles bumbu. Pekerjaan sehari, tapi aku yakin ini kesukaan bapak-bapak sambil manggang, sambil minum tuak. Kalau nande-nande (ibu-ibu) biasa dikasih kola. Andaikan anak rantau bisa merasakan begini tiap hari. Feeling like home.
Menuju ke jam 5 sore, penampilan babi guling sudah makin manarik. Aroma bumbu dari babi guling makin menusuk hidung. Ngga nyangka udah hampir 6 jam di depan bara api. Yang lebih lelah itu pasti juru putar-putar besi pemanggangnya. Sambil ngobrol eh ayam bapak lewat-lewat ke dekat arang, minta dipanggang juga sepertinya. Sabar yah yam….next time kalau pulang kusantap lagi dirimu jadi ayam guling (hahahaha).
Jika ada bumbu yang jadi menghitam gitu boleh dikikis-kikis yah biar panasnya tetap sampai ke bagian dalam daging. Ini tips dari uncle yang manggang babi guling kami. Untuk tingkat kematangan tiap babi guling itu berbeda-beda, tergantung dari ukuran daging b2 juga seberapa banyak arang yang digunakan. Jadi tinggal disesuaikan saja dengan kebutuhan masing-masing.
Udah mau matang, semua mulai beberes untuk makan malam bersama. Oh iya di tempat kami malam lebih terang dibanding daerah Bogor, kadang jam 7 masih terang. Jadi jangan heran masih cerah begini sudah siap-siap mau makan malam. Pasti akan jadi malam yang panjang hari ini, sehari bikin babi guling, dilanjut makan malam dan cerita A-Z.
Inilah tampilan si sexy babi guling yang kami masak di rumah oppung tiwi. Dari tampilan aja udah pengen langsung santap. Mulai proses manggang udah tau mau incar bagian mana (hahaha).
Makan malam bersama keluarga
Sambil nunggu semua ready, semua perlengkapan makan sudah disiapkan di tengah. Tradisi di kampung itu, makanan diletakkan di tengah kemudian nanti dibagi sharing ke beberapa orang namun tetap dalam posisi melingkar. Jadi semua masih saling lihat.
Nah…sambil menunggu…bang sabar udh mulai motong kidu-kidu menjadi lebih kecil. Juga bagian hati yang direbus sebelumnya. Yang di tempat putih adalah sambal gota untuk cocolan dengan tambahan andaliman.
Sebelum disantap daging babi guling dipotong menjadi bagian kecil supaya mudah dinikmati. Tinggal ambil ke piring masing-masing.
Dan ini khusus untukku. Bagian kulit luar yang sangat crispy dan hampir tak berlemak. Juga satu kaki belakang yang sudah aku pesan saat mulai dipanggang (wkwkwkw). Semua lemak-lemaknya benar-benar keluar saat dipanggang. Mungkin karena itu juga banyak orang memilih makan daging babi guling karena lemak hampir keluar semua. Tapi bagi sebagian orang yang suka lemak, mungkin lebih cocok makan babi panggang daripada babi guling.
Kata orang Batak, tombus na mangaranto i. Sebegitu barbarnya aku dan bang sabar karna akhirnya jadi makan babi guling. Dan kalau pulang, masih pengen bikin lagi (sambil bawa obat kolestrol).
Di balik semua acara saat pulang kampung, kami ngga nyangka kalau keluarga juga akan dijamu makan di rumah. Dan memang biasanya disaat beginilah banyak membicarakan memori-memori dengan keluarga. Sekedar mengingat masa kecil yang mengundang tawa. Ini akan menjadi hal yang dirindukan setiap orang saat pulang kampung.
Para bapak-bapak akan minum tuak dan ibu-ibu mardemban (menyirih) dan tentu aku juga mencoba ikut mardemban malam itu. Hitung-hitung memperkuat gigi.
Minum tuak adalah kesukaan bapak-bapak dan kadang ibu-ibu juga. Di kedai tempat bapak-bapak nongkrong biasa ada minuman ini. Diyakini dapat menghangatkan tubuh, tapi jangan dikonsumsi berlebih supaya tidak mabuk yess. Tak jarang untuk acara adat Batak, tuak juga disajikan selama menjalankan serangkaian adat.
Ini sirih yang aku dapat dari oppung Par. Sirih dicampur dengan kapur sirih. Boleh ditambah pinang tapi aku ngga sanggup karna bisa jadi pusing. Belum lagi pakai suntil. Orang zaman dulu masih menjaga tradisi ini karna diyakini bisa memperkuat gigi dan menjadi antiseptik gigi dari bakteri. Bahkan tak jarang di acara adat pada ibu-ibu menghabiskan waktu sambil mardemban (menyirih).
Kami habiskan malam panjang dan semua menginap di rumah mamak. Keesokan harinya masih ada sedikit sisaan daging babi guling yang dimasak dengan nasi goreng. Dua hari berturut-turut makan b2. Jujur, selama di kampung makan b2 sebanyak-banyaknya ngga tegang leher mungkin karena dibarengi banyak gerak kesana kemari. Dan ini liburan ternikmat karena setelah 2 kalender berlalu akhirnya kesampaian makan babi guling.
Semoga kalau pulang nanti bisa makan babi guling lagi. Kalau tidak, ayam yang muncul tadi sepertinya udah bisa dipanggang. Nyolong ayam punya bapak. Atau mungkin manggang lele mamak? Postingan ini salah satu liburan virtual versi aku supaya ngga ngiler lihat postingan teman-teman yang pulang. Sudah kesampaian makan babi guling tapi masih pengen. Nah gimana loh (hahahaha). Semoga ada hari baik lagi untuk bisa pulang kampung dan bertemu keluarga. Inti dari semua ceritaku adalah kebersamaan. Mau makan apapun ngga masalah, yang penting bisa kumpul. Semenjak pandemi jadi ingin bertemu dengan si ini si itu. Eh terhalang situasi. Hush hush corona. Biar bisa jalan-jalan beneran dan bertemu dengan orang terkasih.
Next time nyewa kapal trus keliling Samosir menikmati Danau Toba sambil bikin babi guling di atas kapal. Semoga wishlist ini terwujud (aminnn) ngga cuma angan-angan ni parcendol. Mungkin ini ide cemerlang? Cus ke kampung kami Samosir, Negeri Indah Kepingan Surga. Nanti kita bikin babi guling bareng.
✽ ✽ ✽ ✽ ✽
There is no comment