Setelah 1x tertunda berangkat ke Papandayan (2665mdpl) dan berharap kali ini akan sukses. Berkat ajakan Isma, kami berhasil untuk berangkat. Belum tau akan berangkat dengan siapa, bukan open trip tapi ajakan sesama pendaki gunung. *esehhh. Jadi ceritanya untuk plan kali ini udah seperti MLM, satu orang ajak orang yang lain. Hahahaha. 🙂
Aku dan Isma berangkat dari Jakarta ke Bekasi naik kereta hari Jumat setelah jam pulang kantor. Sesampainya di Bekasi aku bertemu dengan b’Yudi, b’Ibenk, b’Pil, dan b’Rusman. 4 orang lagi sudah menuju Garut lebih awal karena mereka menggunakan pengangkutan umum. Beruntung karena menggunakan mobil pribadi, kami bisa berjalan dengan santai tanpa merasa diburu waktu. Kami berangkat dari Bekasi Jumat malam pukul 23.00. Berhenti beberapa kali untuk membeli makanan dan minuman untuk dibawa ke gunung, berhenti di rest area dan sudah sampai di Kota Garut Sabtu pukul 03.30 dan di Cisurupan pukul 04.40.
Tepat di seberang gapura ada pasar tradisional dan kami sempatkan untuk membeli sayur dan tempe untuk di bawa ke atas. Dari sana kami lanjutkan kembali menuju basecamp Kawah Papandayan. Melakukan registrasi pertama dan menuju ke basecamp kedua melakukan registrasi ulang sebelum naik ke Gunung Papandayan. Di tempat ini kami memarkirkan mobil dan bertemu dengan b’Oki, b’Koko, b’Bobby, b’Anjung untuk bersama melakukan pendakian.
Dari tempat basecamp kedua kami siap naik ke Kawah Papandayan dengan personil dan perlengkapan yang lengkap. Lintasan pertama adalah kawah Papandayan. Bau belerang akan tercium dan untuk tanjakannya berupa batu-batuan sampai ke bukit tempat perhentian pertama.
Setelah sampai di Kawah Papandayan kami lanjutkan kembali menuju Pos pendakian kedua. Disini wajib lapor kembali sebelum masuk ke Pondok Saladah. Jangan heran jika disepanjang perjalanan ada warga menggunakan motor melewati jalur pendakian juga. Mereka luar biasa hebat dalam membawa motor sudah seperti dalam area balap loh. 🙂 Warga sekitar juga menyediakan jasa pengangkutan barang sampai ke puncak baik menggunakan motor atau pun dipikul dengan harga Rp.400rb pulang pergi. Hebat tuh bapak-bapaknya kuat pulang pergi bawa barang.
[foogallery id=”3936″]
Selesai makan siang kemudian menghabiskan sore di Hutan Mati. Tidak sempat untuk memburu sunset karena cuaca yang kurang mendukung. Kabut dan sedikit gerimis. Menurutku di hutan mati adalah tempat paling bagus urutan kedua untuk mengambil foto, karena penuh dengan pohon-pohon yang sudah mati namun tidak terlalu rapuh untuk dipegang atau diinjak. Pohon menjadi mati karena kawah alami dari gunung. Terlihat sedikit horror kalau berkabut tapi hasil alam yang cantik. 🙂
Hari kedua dilanjutkan dengan pendakian ke puncak di atas Hutan Mati. Kami naik pukul 4 pagi. Tidak terlalu dingin namun berkabut. Jalur pendakiannya dipenuhi batu dan tanah seperti tanah liat. Namun demi mengintip matahari, berusaha untuk tetap naik ke atas dengan membawa kamera di pundak. Ini pemandangan dari atas gunung sambil menunggu matahari muncul. Jadi ingat satu hal, Fajar saja tidak terlambat untuk bersinar di pagi hari, apalagi janji Tuhan. Semakin bersyukur. 🙂
[foogallery id=”3938″]
Untuk pertama kalinya juga aku melihat Edelweis. Note : JANGAN DI PETIK
Jika menggunakan transportasi umum, ini rute dan biaya yang dikeluarkan.
- Dari Jakarta (Kp.Rambutan) ambil bus menuju Terminal Guntur (55rb/org)
- Dari Bekasi ambil bus arah Terminal Guntur (40rb/org)
- Dari terminal Guntur naik angkot warna biru jurusan Cikajang. Minta diturunkan di Cisurupan di sebelah gapura memasuki Kawah Papandayan (20rb)
- Dari Cisurupan naik mobil pickup menuju Kawah Papandayan. Biasanya sekitar 10 orang baru jalan (20rb/org)
- Registrasi di basecamp pertama 15rb/org
- Registrasi ulang di tempat memarkirkan mobil sebelum mendaki 43rb/6 org termasuk biaya parkir mobil
- Registrasi di Pos kedua sebelum naik ke Pondok Saladah 3rb/org
Note : Belum termasuk biaya pribadi.
Untuk pemula yang ingin naik gunung, Papandayan menjadi pilihan yang pas. (like me) Memang sudah seperti tempat rekreasi, karena di Pondok Saladah sudah ada warung yang menjual makanan bahkan sudah tersedia toilet. Namun sudah bisa dipastikan dengan harga sedikit lebih mahal dari harga normal. Tapi akan lebih berasa kalau membawa perlengkapan mulai dari bawah. Salam dari #anakrantau yang sedang naik gunung.
“Carilah teman sebanyak-banyaknya, jika suatu saat kita bertemu lagi semoga tidak lupa untuk saling menyapa dan barangkali bisa menjadi sahabat baik”
There are 2 comments
Kronologis perjalanannya maknyosss, besok” ditunggu cerita dari Ciremai, Rinjani dan Kerinci ya Ennitan 😀
Bisa Pak Yudhie, tunggu sedikit sedikit berbenah perlengkapan dulu. Kemarin mau jalan minggu ini, cm tanggalnya hampir berdekatan sama ke Derawan, jd harus milih satu. Kapan naik gunung Pak? 🙂