Ada yang menyangka ngga kalau tahun ini kita semua akan menghadapi covid-19? Pasti ngga ada yang duga. Bahkan hampir semua aspek kehidupan mengalami dampak. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Banyak yang sampai ngga bisa makan. Jika ditulis semua penderitaan setiap orang pasti ngga akan ada habis-habisnya. Tapi sekarang aku akan mengajak kamu yang baca postingan ini untuk mendengar sedikit ceritaku. Semua gara-gara corona !!! Dipaksa produktif dimasa pandemi.
Salah satu daerah paling berdampak selama corona adalah tempat kelahiranku Samosir. Mengapa? Karna selain bertani kebanyakan penduduk bermatapencaharian dari pariwisata. Imbasnya, tidak bisa wisatawan berkunjung ke Samosir. Penduduk kembali bertani dan berjualan. Jangan heran kalau banyak pedagang dadakan yang berjualan difacebook, instagram, WA. Tapi semuanya menjadi hal yang bisa dimaklumi. Wajar saja karna memang manusia adalah makhluk Tuhan yang paling pintar yang dikasih kemampuan untuk bisa beradaptasi disegala keadaan. Akan kembali pada keputusan apakah manusianya mau bekerja dan berjuang.
Apakah ada manusia yang mempertahankan gengsi? Sebagian orang mungkin tidak. Karna katanya perut yang sejengkal ini lebih jahat kalau ngga dipenuhi. Mungkin sama juga denganku yang jadi berusaha jual beberapa produk seperti tenun tarutung dan macrame bahkan beberapa koleksi bunga. Karna semua orang memang butuh duit demi kebutuhan A B C.
Selama corona aku cukup instens calling orang tua karena ingin mengetahui kabar disana dimana kebiasaan penduduk menjadi berubah. Mulai dari bulan Maret 2020 semua kios-kios dan objek wisata ditutup sampai bulan Agustus kalau tak salah. Kemudian buka lagi dengan mematuhi protokol kesehatan. Nyatanya wisatawan belum seramai dulu. Begitulah sampai sekarang.
Jadi hal positif apa aja yang bisa dilakukan? Selama pandemi kakakku dan edaku jadi aktif jualan online. Apa yang bisa dijual ya dijual. Sibuk posting sana sini. Yang dulunya ngaku ngga pede jualan sekarang udh mahir cuma bermodalkan facebook. Tinggal share-share. Dan akupun belajar dari kakakku supaya berani jual tenun tarutung.
Kalau mamak gimana? Mamak mulai nanam-nanam bunga. Kesibukan banyak ibu-ibu dan bapak-bapak. Selain menghias halaman rumah, juga bisa untuk mengurangi stres dan suntuk selama di rumah aja. Mamak sangat produktif dimasa pandemi. Memberanikan diri untuk beternak lele di samping rumah. Aku awalnya syok ketika kolam-kolam udh diisi banyak lele. Sesekali dikirim video. Walaupun sambil ngangkat-ngangkat kaki karna asam urat, aku kagum sama mamak yang masih mau mengerjakan semuanya. Beda-beda memang cara orang melepaskan stres, ada yang main socmed, ada yang bercocok tanam, ada yang memelihara ikan, ada yang julid. *eh
Menunggu panen lele bisa sampai 3 bulan. Udh bisa kubayangkan mamak kami sambil merenung menjaga-jaga lelenya. Lalu bapak bagaimana? Mungkin yang ngikutin blogku udh tau betapa pekerja kerasnya bapakku mulai muda. Aku tulis disini gimana bapak mendidik kami.
Cerita tentang Pak SK
Sebelum bapak pensiun pun bapak tipikal bapak-bapak yang mengerjakan semuanya. Selang 3 bulan panen lele, bermodalkan jualan di facebook semua ludes. Awalnya bapak takut kalau ngga laku. Oh iya lele disana ngga bau lumpur sama sekali dan lebih manis. Akhirnya habis panen lele tahap pertama mamak bapak memutuskan menambah kolam dan menambah jumlah ternak lele.
Setelah dengar-dengar cerita dari mamak dan bapak yang serius beternak lele, menurut mereka ini salah satu pekerjaan yang cukup mudah. Ngga perlu perawatan ekstra, ngga ribet dengan oksigen seperti ikan pada umumnya, ngga ribet juga harus ngejaga-jaga lele karna sepanjang hari lelenya anteng aja di kolam berteduh dibawah eceng gondok. Kubersyukur karna mamak bapak masih mau melakukan semuanya dan ngga malas-malasan. Mereka selalu berasa muda untuk melakukan semuanya walau ngga sekuat dulu lagi. Tapi salut sama semangat mereka.
Tiap nelpon kami selalu sempatkan untuk lihat-lihat kolam lele. Jadi pengen pulang ikut panen dan lihat lele mamak (hahaha). Ini akan menjadi cerita hidup yang mungkin akan selalu kuingat sepanjang hidupku. Mamak selalu bilang gini.
Molo boi dope niusahahon bah niusahaon, molo boi dope nikarejoan bah nikarejoan nasa tolap niba
Terjemahannya kira-kira begini. Selama masih sanggup ya dikerjakan, ngga harus berpangku tangan dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Menurut mamak, sebisa mungkin jangan sampai menjadi beban. Selalu mewek setiap ingat kata-kata ini. Pelajaran hidup untuk diri sendiri supaya tetap berusaha.
Di cerita sebelumnya tentang bapak, kami selalu memelihara ayam dari dulu. Mungkin karna alasan ini juga aku jadi suka masak ayam gulai khas Batak. Minimal kalau ngga punya lauk selama pandemi masih bisa masak ayam kampung. Telur ayam kampungnya dikasih ke pahompunya (cucu).
Setelah bapak pensiun kami takut bapak stres karna ngga tau mau ngapain, tapi beberapa minggu terakhir udah sibuk lagi memelihara puyuh supaya telur puyuh bisa dimakan cucu2nya. Sesibuk itu memang. Tapi pasti ada kepuasan dan ketenangan sendiri dalam hati karena memiliki banyak waktu untuk melakukan hobby. Belum bisa dijual banyak, tapi bisa untuk konsumsi pribadi.
Kadang aku sendiri yang masih muda jadi merasa malu lihat semangat mereka yang mengerjakan semuanya tanpa lelah. Dan dari mereka aku juga yakin kalau semua orang dikasih kesempatan untuk bangkit memanfaatkan peluang yang ada. Tergantung mau menghargai waktu atau tidak.
Selama corona tak ada perubahan yang signifikan dari sisi kegiatan sehari-hariku karena udah melakukan semuanya bahkan sebelum corona. Tapi aku makin produktif dimasa pandemi karena punya waktu lebih untuk bereksperimen memasak, berani bikin dan jual macrame, bercocok tanam dan berani untuk jual tenun tarutung. Bukan hal yang mudah memang, tapi aku cukup menikmati karena melakukan apa yang aku suka.
Baca juga : Tetap Produktif di Masa Pandemi, Yuk kita Bikin Macrame Hiasan Dinding!
Kesibukan selama di rumah aja yang paling menyenangkan adalah merawat tanaman hias. Aku bisa belajar bersabar menanti tunas-tunas baru. Ngga punya waktu untuk memikirkan orang lain (bukan curcol) tapi nyatanya memang iya. Waktuku untuk membahas orang lain jadi ngga ada karna sibuk melakukan banyak hal. Kalaupun berdiskusi dengan suami lebih ke pembahasan yang berkualitas. Mungkin banyak juga yang merasakan ini sebagai hal positif kalau selama pandemi lebih banyak waktu untuk diri sendiri. Yang merasakan hal yang sama acungkan jempol? (hahahaha)
Dibalik semua perjuangan dan usaha untuk bertahan jangan pernah goyah. Yang penting bukan mencuri dan merugikan orang lain. Semoga corona ini segera berlalu dan kondisi keuangan setiap orang semakin membaik. Dan dalam masa penantian proses ini semoga kita semua tetap sehat dan dikasih rejeki. Sehat badan dan hati supaya kita ngga merugikan diri sendiri dan orang lain (misal karna bandal jadi sakit masuk RS). Walau tidak bisa membantu orang lain, minimal kita tak menambah duka hatinya. Semoga kita bisa saling menjaga, dimulai dari rumah sendiri. Salam sehat untuk kita semua.
✽ ✽ ✽ ✽ ✽
There are 3 comments
Corona memang telah merubah banyak sendi-sendi kehidupan. Tak hanya kita di Indonesia tapi diseluruh dunia. Tapi selalu ada benang perak dibalik semua peristiwa ya Enni. Kita jadi lebih kreatif. Walau selama di rumah dituntut juga harus lebih produktif..Semoga kita semua selamat melewati badai ini. Salam hormat untuk orang tua Enni yang sungguh bisa diteladani 🙂
iya tan, harus selalu berusaha mengambil sisi positif dari setiap peristiwa. Salam sehat untuk kita semua ya tan. Aku ngingat orang tua ingat tante juga yang serba bisa semua. 🙂
2020 memang seperti titik balik banyak kehidupan, seperti Tuhan menyuruh manusia untuk lebih banyak merenung tentang hidup dan mengambil hikmahnya. Saya dirumah juga beternak ikan dan belajar urban farming, tapi ternyata nanam sawi lebih susah daripada nanam sirih gading, wkwkwk